Sejak tahun 2000 hingga 2007, aku telah berganti pembantu rumah tangga sampai 17 orang. Hebat, ya… apakah ada yang memecahkan rekorku ini ? aku mendapati di jaman ini, pekerjaaan sebagai pembantu rumah tangga sudah sangat minim peminat. Ya terang saja, selama ini kasta pembantu rumah tangga selalu dianggap rendah. Padahal dijaman dimana banyak wanita bekerja di luar rumah, otomatis bagi mereka yang memiliki anak-anak balita utamanya, akan sangat membutuhkan tenaga pembantu rumah tangga untuk menjaga anaknya ketika mereka bekerja. Kenyataan yang aku lihat, banyak yang sebenarnya sudah enggan menjadi pembantu rumah tangga, karena pekerjaan tersebut identik dengan orang-orang yang tidak sekolah, karena masuk kerjanya tidak menggunakan ijasah , apalagi tes penerimaan.
Sebenarnya, karena jaman ini adalah jaman dimana banyak rumah tangga membutuhkan tenaga untuk mengurus rumah tangga, aku sempat membayangkan, kalau saja bidang ini juga bisa dikelola secara lebih professional. Andai ada pihak yang membuka jasa pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan rumah tangga, dengan diperbanyaknya tempat-tempat penitipan bayi dan anak, selain ada yang membuka laundry , juga ada yang menyediakan jasa pelayanan kebersihan yang datang ke rumah-rumah… pokoknya aneka jasa yang bisa menggantikan kebutuhan ibu untuk menyelesaikan beberapa urusan-urusan rumah tangga. Tenaga-tenaga tersebut bisa dididik secara ahli dan professional. Misalnya yang menjaga bayi atau anak balita, harus memiliki wawasan luas, kecakapan dan menguasai ilmu kejiwaan, sehingga anak mendapat penjagaan yang baik dari segi fisik maupun mental. Begitu juga jasa kebersihan, professional, dan mengerti masalah-masalah kebersihan dan kesehatan. Alat-alat yang di gunakanpun bisa menggunakan alat-alat teknologi modern. Mereka juga berseragam. Dan jam kerja mereka juga jam kerja layaknya pegawai lainnya. Aku yakin banyak tenaga kerja akan terserap di bidang ini. Bahkan mereka yang lulusan sekolah tinggipun, tidak akan malu dan segan menggeluti bidang yang sudah di kelola secara modern dan professional. Ada simbio mutualisme dari bidang ini, menyerap tenaga kerja yang mantap dan mapan, juga akan banyak wanita karier atau ibu rumah tangga yang sibuk dengan anak-anaknya akan tertolong….
Selama ini yang terjadi, profesi ini masih dianggap rendah. Bahkan anak lulusan SMP pun juga enggan menjadi pembantu rumah tangga, karena mereka merasa memiliki ijasah, dan ijasah seharusnya dipakai untuk melamar pekerjaaan. Oleh karenanya banyak lulusan SMP yang lebih memilih bekerja di pabrik, yang menerima mereka dengan ijasah, daripada bekerja sebagai pembantu rumah tangga, yang sebenarnya malah lebih ringan dibanding bekerja di pabrik.
Dari banyaknya aku bergonta-ganti pembantu rumah tangga, aku jadi mengerti pada dasarnya karakter banyak orang. Sebagian besar mereka ternyata kurang kuat pendirian, suka hidup boros dan manja. Hal tersebut juga diakui banyak teman yang juga berganti-ganti pembantu. Baru menjadi majikan yang memimpin satu orang saja rasanya luar biasa. Bagaimana kalau yang dipimpin banyak orang yang beraneka… dan karakternya pada seperti itu ? Aku ini guru. Aku merasakan seorang guru layaknya seorang pemimpin. Menjadi pimpinan itu bisa sukses, tergantung pada rakyatnya. Kalau rakyatnya pada pintar , berakhlak mulia dan aktif kreatif, maka pemimpin juga mudah, karena rakyat akan bergerak sendiri membangun negaranya. Akan tetapi kalau rakyatnya pasif tapi banyak tingkah yang kurang baik, sulit juga jadi pemimpin orang-orang seperti itu… makan atau tidurpun… mungkin juga tidak sempat…(itu kalau pemimpin yang memiliki kepedulian), … sepintar apapun pemimpinnya, tidaklah mungkin membangun Negara dengan ide dan tenaganya sendiri…. Begitu juga halnya yang kualami sebagai guru, kalau anak-anaknya aktif kreatif dan santun, enak gurunya…Cuma mengarahkan saja… anak-anaknya sudah pada jalan sendiri…. penuh ide mengembangkan diri dan lingkungan untuk maju . kalau anaknya pada pasif, kurang respon , waduh...benar-benar ekstra kerja guru...kadang bisa jalan...kadang sulit dapat hasil seperti yang diharapkan….
Yah… begitulah… aku mengetahui karakter sebenarnya sebagian besar orang di negeriku, selain dari banyaknya murid yang kuajar, juga dari banyak orang yang pernah bekerja denganku. Jangan katakan… ‘jangan mengambil tolok ukur dari pembantu…”. Eh… pembantu juga manusia… ingat… bukan berarti mereka yang sudah terdidik dan menjadi pejabat itu juga tidak memiliki karakter dasar yang sama. Labil, tidak memiliki prinsip yang kuat, boros dan manja… kalau tidak labil… pasti tidak banyak yang pada ikut-ikutan korupsi, menerima suap. Kalau tidak boros pasti sebesar apapun gaji mereka… akan mencukupi, tidak akan mencari-cari dari hal-hal yang haram. Kalau tidak pada manja… pasti bekerja dengan ikhlas dan efektif, jujur dan amanah..
Menyadari potensi dasar orang-orang di sekitar kami yang masih banyak demikian itu, aku sempat rasan-rasan dengan sesama teman yang memiliki pengalaman sama… ‘bahaya… ya, sebenarnya sebagian orang-orang kita dibiarkan bekerja di luar negeri sebagai pembantu rumah tangga. Sebaiknya kita didik saja mereka menjadi tenaga professional di negeri sendiri. Kita yang sesama bangsa saja, kadang tidak tahan dengan karakter dan kebiasaan gaya hidup mereka, apalagi bangsa lain, yang mungkin sudah terbiasa aktif, kreatif dan disiplin dalam segala hal…”
Wajar kalau aku sendiri bersikap begitu, karena dari ke 17 orang pembantu yang pernah bekerja padaku, hanya 4 orang yang bekerja baik dan ikhlas, beberapa diantara karena dibawah umur, dan sebagian besar lagi karena ciri-ciri diatas…
Pada tahun 2007, pembantuku yang ke 16, yang termasuk baik , sabar dan tanggap dalam bekerja, pamit keluar kerja untuk menikah, setelah sekitar satu tahun bekerja padaku. Karena pamitnya pas awal aku libur satu minggu, aku sengaja menenangkan diri untuk tidak langsung cari pembantu lagi. Aku yang selama ini tenang dengan memiliki pembantu yang baik, masih ingin menikmati masa liburanku dengan ketenangan, mengurus rumah sendiri. Aku kuatir kalau segera mencari pembantu, nanti malah membuat beban di waktu aku harus menikmati masa libur. Soalnya kadang kalau lagi kurang beruntung, ada juga pembantu yang bukannya membantu kita, tapi malah menambah beban berat kita dengan sikap-sikapnya. Itulah sebabnya aku ingin menikmati ketenangan liburan dengan tanpa pembantu…
Selama berganti-ganti pembantu tersebut, setiap kali pembantu pamit, aku selalu memohon kepada Tuhan, agar di berikan pembantu yang jujur, baik untuk kami sekeluarga dan ikhlas bekerja. Akan tetapi rupanya setiap kali selalu aku banyak kecewa. Mungkin Allah masih mengujiku. Aku tidak pernah lelah memohon demikian setiap kali kami harus mencari pembantu baru, walau kenyataannya yang kami dapatkan jauh dari harapan. Akan tetapi aku kemudian bukannya berkurang kepercayaanku padaNya. Aku mencoba introspeksi, apa yang menyebabkan Tuhan belum juga mengabulkan permohonanku. Apakah hal ini karena kesalahanku sendiri ? ataukah Allah mau menguji sampai dimana kepercayaanku untuk selalu memohon padaNya… yah..yang pasti, aku selalu percaya bahwa Allah SWT, tidak akan pernah mengingkari janjinya. Allah belum mengabulkan do’a seseorang pasti ada sebabnya… bukan karena Dia tidak mau mengabulkan permohonan kita.
Waktu itu aku baru saja mengetahui khasiat Asma’ul Husna yang amat manjur untuk berdo’a. Dengan menyebut Asma-asma Allah yang baik, do’a kita akan lebih diperhatikan Allah SWT. Aku telah membuktikannya dalam beberapa hal.
Akhirnya aku berpikir untuk kali ini dalam mencari pembantu, yang ke sekian kalinya sebaiknya aku memohon kepadaNya dengan menyertakan Asma'ul Husna. Pada hari jum’at, aku mulai memikirkan untuk mencari pembantu. Pada jum’at malam aku bangun malam. Aku kemudian shalat tahajud, dan memohon kepada Allah untuk mencarikan aku pembantu sebagaimana selama ini aku mohonkan. Waktu itu pertama kalinya aku memohon Tuhan untuk dicarikan pembantu yang baik dengan menyertakan Asma’ul Husna. Saat itu yang kubaca adalah ya Rahmaan (Maha pengasih), Ya Rahiim (Maha Penyayang), Ya Fattaah (Maha Membuka) , Ya Waliyyu (Maha Menolong) dan beberapa Asma’ul Husna lain yang kuanggap berhubungan dengan permohonanku.
Hari sabtu paginya, aku meminta suamiku mulai mencari pembantu, karena hari senin aku harus masuk kembali. Suamiku mencoba mencari informasi tentang orang yang mau bekerja menjadi pembantu rumah tangga pada pagi itu. Akan tetapi dia tidak berhasil, dan berjanji sorenya akan kembali mencari.
Sore itu suamiku kembali mencoba mencari pembantu rumah tangga, dan tanpa disengaja ketika ia sedang membeli sabun cuci di sebuah toko, ada orang yang memberitahunya tentang seorang wanita yang mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Kemudian ketika ditawari, ia langsung mengiyakan, tanpa menanyakan berapa upah yang akan diterimanya…
Keesokan harinya, di hari minggu, wanita itu datang ke rumahku. Dia tampak sopan, dan pemalu. Unggah-ungguh Jawanya juga bagus. Aku agak heran, biasanya orang yang kurang mampu kurang memperhatikan hal tersebut, karena kehidupan yang mereka hadapi sangat keras, sehingga untuk unggah-ungguh atau tata krama mereka tidak begitu mempedulikan. Tapi wanita tersebut seperti dididik dalam keluarga terdidik, sangat tahu unggah-ungguh dan sopan santun. Dia hampir sepantaran denganku. Aku lihat kerjanya sangat baik, tanggap,dan tak perlu aku ajari. Semuanya beres. Dia juga sangat siap membantu. Kepada anak-anak aku lihat juga mengerti apa yang harus dilakukannya. Bahkan setelah beberapa hari, anak-anakku mengatakan bahwa dia baik, dia tidak pernah marah, dan tidak pernah mengajak anak-anak rebutan acara televisi. Beberapa pembantu biasanya meminta anak-anak mengikuti acara kesukaan mereka, sehingga anak-anak tidak bebas nonton TV atau bermain menggunakan televisi. Tapi dia tidak, bisa ngemong…
Setelah kini 3 tahun dia bekerja denganku, tak pernah sekalipun, pekerjaannya berubah menjadi kendor atau males-malesan. Dia tidak berubah dari pertama bekerja hingga kini sampai aku menuliskan kisahku ini. Karena sikap nya yang ikhlas hati dalam bekerja serta kejujurannya, aku dengan senang hati selalu menaikkan upahnya, tanpa diminta olehnya… alhamdulillah aku bisa tenang bekerja, setelah sebelumnya selalu sibuk mencari pengganti pembantu rumah tangga…. Berkat do’a dengan menyebut Asma’ul Husna…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar