Aku memiliki seorang kakak perempuan yang menurutku sangat luar biasa. Dia meniru hampir seluruh karakter bapakku dalam banyak hal soal menghadapi hidup, sedangkan dia banyak beribadah kepada Allah sebagai wujud karakter dari ibuku. Perpaduan itulah yang membuatku merasa dialah orang yang kukenal selama ini yang paling baik ibadahnya baik kepada manusia maupun kepada Allah SWT.
Aku sadar aku belum bisa sehebat dia, dia anak yang sangat patuh pada orang tua, sedang aku kadang termasuk cerewet, jika aku merasa ada pandangan orang tuaku yang kurang aku setujui. Dia sangat rajin belajar ketika masih sekolah, bahkan sebelum subuh dia bangun untuk belajar, walau waktu itu harus menggunakan penerangan lampu minyak, sedang aku sering bangun kesiangan karena aku sering pergi tidur telat setelah nonton film-film barat di TV. Dia tidak pernah mempermasalahkan barang yang dipunyainya baik atau buruk, yang penting bisa dipakai, sedang aku masih memilih-milih mana yang cocok untuk aku, mana yang tidak, bahkan warnapun harus cocok dan terlihat cantik. Dia sangat penyabar dan mengalah, sedangkan aku, kadang bisa sangat lembut dan baik, tapi kalau ada orang dzalim, tapi malah tidak tahu diri, darahku bisa berkobar juga. Dia banyak beribadah, bahkan puasa sunah semua dia jalani, shalat-shalat sunah juga, sedang aku, aku juga menjalani sih… tapi tidak selengkap dia. Dia memiliki kasih sayang yang luar biasa pada semua orang. Ketika masih sekolah kalau kami sama sama naik sepeda ontel , yang waktu itu jaraknya sekitar 10 kilometer, jika sepedaku mengalami kerusakan, sepedanya langsung di berikan padaku, kemudian dia yang memakai sepeda rusak itu, atau menuntunnya untuk dicarikan tukang perbaikan sepeda. Yang masih membuatku terharu adalah sikapnya ketika lulus SMA, bapak merasa tidak mampu meneruskan dia ke pendidikan lebih tinggi, kemudian ketika tahun berikutnya aku lulus SMA, dia menangis pada bapak agar mengusahakan aku dikuliahkan. Padahal sebenarnya dia yang lebih rajin mempelajari pelajaran sekolah daripada aku. Bapak waktu itu kebingungan dengan permintaan kami. Akhirnya aku mencoba meyakinkan bapak, bahwa aku nanti akan bekerja seadanya untuk membantu biaya kost dan makan. Bapak akhirnya meluluskan permintaan kami. Suatu ketika Allah mengabulkan janjiku pada bapak, karena saat kuliah ada saja yang membuatku bisa menghasilkan uang sendiri.
Sewaktu aku kuliah, mbakku yang saat itu menjadi tenaga honorer di sebuah instansi pemerintah, melihatku pulang dari Surabaya dengan tanpa perhiasan sama sekali. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan hal tersebut, bisa kuliah bagiku sudah alhamdulillah sekali. Mbakku waktu itu memakai kalung hasil dari mengumpulkan uang bekerja sebagai pegawai honorer. Begitu mengetahui aku tidak memakai kalung, dia segera melepas kalungnya dan menyerahkannya padaku…
“Lho, kenapa kamu berikan ke aku ?” tanyaku waktu itu
“Kamu yang kuliah, sedang aku tidak, biar sekalian kelihatan cantik !”
“Tapi aku tidak apa-apa kok tidak memakai kalung…”
“Tidak apa-apa, aku akan merasa lebih senang kalau melihat adikku cantik…” akhirnya kuterima kalung itu, karena aku tahu dia akan lebih bahagia kalau aku mau menerimanya…
Terlalu banyak kalau aku ceritakan kebaikannya, yang pasti aku merasa dia sosok yang sangat luar biasa, dimana aku belum mampu melakukannya. Untuk itu, pada suatu hari seusai shalat dan berdo’a, aku menyatakan kekagumanku atas mbakku tersebut pada Allah SWT…
“Ya Allah.. andai Engkau bertanya pada hamba, siapakah menurut hamba yang patut masuk surga pertama kali, maka hamba akan mengatakan, mbak hamba…”
“Tidak… ibadah mbakmu belum sempurna, karena ketika mempunyai masalah dia lebih suka meminta tolong pada para kyai yang berpraktek layaknya dukun…” aku terkejut mendengar jawaban yang tiba-tiba bersuara dalam hatiku. Mengapa jawaban yang kuterima demikian ? padahal selama ini aku merasa tidak ada yang salah dengan meminta pertolongan pada kyai ? aku merasa hal yang biasa berkembang di sekitarku, bahwa setiap kali punya masalah, banyak orang meminta tolong pada kyai, adalah hal yang wajar dan biasa. Apalagi pada dasarnya para kyai tersebut, juga berdo’a pada Allah SWT. Hanya saja aku pribadi tidak berminat mengikuti cara tersebut, karena aku lebih percaya segala yang menentukan di dunia ini adalah Allah, oleh karenanya lebih baik meminta tolong pada Allah secara langsung. Dia amat dekat pada hambanya. Kalau meminta nasehat dan saran pada Kyai atau Ulama sih sangat perlu, tapi faktanya yang berkembang, banyak orang meminta tolong para kyai, sebagaimana mereka memposisikan mereka sebagai orang pintar yang sanggup mengabulkan dengan lebih cepat segala keinginan dan tujuan mereka karena menganggap mereka lebih dekat padaNya, sehingga do'a-do'a mereka lebih cepat dikabulkan daripada do'a kita sendiri. Beberapa orang kyai di sekitar daerah kami, memang telah sekaligus merangkap profesi sebagai dukun pengubah nasib seseorang. Mbakku selama ini memang mengikuti arus tersebut, karena menganggap memang demikianlah cara memohon pertolongan padaNya, melalui perantara kyai.
Aku sendiri selama ini tidak ikut-ikutan cara tersebut, walau demikian, aku tidak pernah menganggapnya salah, akan tetapi ketika ada suara menyatakan ibadah belum sempurna kalau masih minta tolong pada yang lain, walau mereka menggunakan dasar Islam…Aku kaget dan takut hal ini akan mengakibatkan kemarahanNya. Allah ternyata begitu amat sangat teliti. Aku meminta ma’af kepada pembaca, jika ada yang tidak setuju dengan pendapatku. Aku menulis ini tidak berdasar pendapatku sendiri, akan tetapi petunjuk yang terjadi padaku. Daripada berdebat karena sama-sama tidak tahu kebenarannya, lebih baik sama-sama mohon petunjuk langsung pada Allah, karena Dia yang Maha Kuasa…
Kemudian aku sampaikan pada mbakku, apa yang terjadi padaku ketika berdo’a pada Allah, serta jawaban yang isyaAllah dari Allah padaku. Alhamdulillah mbakku sangat percaya padaku. Ia menerima dengan senang hati saranku, untuk mengesakan Allah semurni-murninya, dengan cara pasrah pada ketentuan Allah, dengan memohon secara langsung, karena begitulah tuntunan Allah dalam Al Qur’an dan hadist. Allah pasti menjawab segala do’a kita. Aku telah membuktikannya sendiri. Sebagai orang biasa yang hanya tahu Islam sedikit-sedikit, ternyata Allah selalu berkenan menjawab pertanyaan dan do’a-do’aku. Kalau do’a kita belum juga dijawab Allah berarti Allah sedang menguji keimanan kita… apakah kita tetap mempercayainya, ataukah akhirnya mencari pertolongan lain selain Dia. Atau karena Allah mengetahui yang terbaik yang tidak kita ketahui, sehingga belum atau tidak mengabulkan do’a kita. Atau karena masih ada dosa kita yang mana Allah ingin kita bertaubat dulu dengan sesungguh-sungguhnya, baru Allah mengabulkannya. Do’a yang tidak segera di jawab oleh Allah, jika kita mau berpikir, justru akan memberikan hikmah dan hidayah pada kita. Kalau ingin instant yang langsung terkabul karena meminta tolong pada mereka yang kita anggap lebih dekat dengan yang Gaib, selain kita tidak mendapat hikmah dari ujian Allah, kita juga jadi manja, karena segala permintaan inginnya langsung terkabul, lebih bahayanya lagi… ketika benar-benar tercapai, kita akan menandingkan Allah dengan yang lain, karena yang kita ucapkan akan menjadi,” aku bisa sukses seperti ini karena pak ‘ A’ pak “B’”, lupa menyebut ‘hanya karena Allah’… akhirnya jadi menandingkan kekuatan lain yang seakan memiliki kehebatan hampir sama dengan Allah SWT…
***
klo mnrt saya, klo sekedar bertanya dan konsultasi ga masalah mba. kecuali klo minta doa2 atau yg lain. klo cm konsultasi mslh atau sharing2 gpp. krna org bljar aja butuh guru, apalagi kita yg mau bljr taat sm allah. tentu butuh org yg bs membimbing.
BalasHapusklo mnrt saya, klo sekedar bertanya dan konsultasi ga masalah mba. kecuali klo minta doa2 atau yg lain. klo cm konsultasi mslh atau sharing2 gpp. krna org bljar aja butuh guru, apalagi kita yg mau bljr taat sm allah. tentu butuh org yg bs membimbing.
BalasHapus