Sabtu, 27 November 2010

MENYAKSIKAN SAKARATUL MAUT AHLI DZIKIR


       Allah berjanji akan mencabut nyawa seseorang yang taat padaNya dan selalu mengucap dzikir, dari mulutnya dengan lembut dan tanpa rasa sakit. Aku menyaksikan janji Allah tersebut adalah benar, ketika aku mendampingi sakaratul maut nenekku dari pihak ibuk.
       Nenekku meninggal di usia yang cukup lanjut. Beliau adalah seorang yang sangat taat pada Allah swt. Dalam kesehariannya, beliau hanya berdiam diri di rumah, tidak pernah keluar rumah. Kalau ada tamu yang datang ke rumah, beliau pasti mngintipnya dulu, apakah tamu tersebut laki-laki atau perempuan. Kalau laki-laki, beliau akan segera lari kedalam untuk mengenakan kerudung. Beliau pernah berdagang di pasar, ketika kakek meninggal dunia, dan nenekku harus menjadi tulang punggung keluarga. Akan tetapi walau nenek bekerja di pasar, begitu selesai bekerja, nenek langsung pulang dan tidak keluar-keluar lagi dari rumah, kecuali jika ada acara penting tentunya.
       Aku salut dengan wanita jaman nenek, yang banyak tinggal di rumah, keluar rumah hanya seperlunya. Bagiku, wanita memang terlalu bahaya kalau dibiarkan banyak berkeliaran dijalan, apalagi kalau sampai wanita tersebut juga termasuk wanita yang tidak dapat menjaga diri dan kehormatan. Selain itu, wanita yang terlalu banyak keluar rumah dan terlalu sering mengadakan kumpul-kumpul antar wanita, biasanya bahaya… wanita-kalau ketemu wanita, bawaannya kalau bicara… ujung-ujungnya pengin ngegosiip… saja… ah…
Selain kebiasaan nenek yang ‘pingitan’ atau memingitkan diri, nenek juga wanita yang memiliki kebiasaan berdzikir. Disaat diam tanpa ada yang dikerjakan, nenek biasanya kemudian memegang tasbih atau menghitung dengan ruas-ruas jari tangan untuk berdzikir. Kegiatan rutin yang pasti adalah dzikir sehabis shalat maghrib. Setelah shalat maghrib, beliau hampir dipastikan akan berlama-lama diatas sajadah sambil terus berdzikir kepada Allah swt.
       Mungkin karena merasa menikmati hidupnya, nenek juga memiliki kebiasaan meminta di do’akan panjang umur. Kata-kata ‘do’akan panjang umur, ya ?!’ telah menjadi kalimat khas nenek. Akibat dari permintaan do’a tersebut. Allah akhirnya mengabulkan keinginan nenek. Akan tetapi sayang, nenek akhirnya menjadi pikun (hilang ingatan). Nenek sudah tidak dapat mengenali lagi siapapun, bahkan anak bungsunya sendiri yang masih merawatnya. Nenek tidak lagi dapat mengingat nama-nama anak-anaknya… apalagi cucunya seperti aku ? Namun anehnya, nenek tidak lupa harus berdzkikir pada Allah swt.
       Pada suatu hari, aku bergegas ke rumah nenek ketika sebelumnya mendapat kabar bahwa beliau kritis. Begitu sampai di kamar nenek, aku mendapati bulik-bulik dan mbakku ada di sana. Aku begitu terharu melihat kondisi nenekku yang kurus dan terbaring dengan nafas tersenggal-senggal. Begitu melihat aku datang, mbakku yang mulanya berada di samping nenek, memberikan tempatnya padaku. Kemudian aku duduk tepat di sebelah kepala nenekku kemudian mengelusnya lembut sambil tidak mampu menahan linangan air mata haru, berdo’a pada Allah swt, “Ya… Allah… tolonglah nenek hamba, cabutlah nyawa nenek hamba dengan mudah. Kami semua sudah mengikhlaskannya…” aku mengulang-ulang do’a tersebut. Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba aku melihat mulut nenek bergerak menyebut “Allah…Allah..Allah..” terus menerus. Aku sempat kagum waktu itu. Nenek yang dalam keadaan sedang memejamkan mata dan pikun, selama ini sudah tidak mampu mengingat siapapun, tanpa ada yang menuntunnya tiba-tiba mengucapkan kata-kata “Allah…Allah…” luar biasa… Allah amatlah dekat… Allah.. tidak ada keraguan dengan keberadaannya…
Beberapa saat kemudian aku memperhatikan secara perlahan tapi pasti, dada nenek yang tadinya masih memperlihatkan gerakan nafas, mulai hilang…hilang dan akhirnya berhenti sama sekali. Akan tetapi ajaibnya, mulut nenek masih nampak menyebut “Allah…Allah…” dan beberapa saat kemudian gerakan mulut menyebut nama Allah tersebut akhirnya juga berhenti. Karena gerakan mulut nenek yang kelihatan masih hidup padahal nafas yang ada dalam dada sudah keluar atau berhenti, aku meyakini nyawa nenek memang keluar dari mulut, seperti janji Allah pada orang-orang beriman…
Allahu akbar..…
                                                              ***

1 komentar: