Manusia tidak akan memiliki daya kekuatan apa-apa jika bukan karena Allah yag menganugerahkannya pada kita manusia. Begitu juga yang terjadi padaku. Aku merasa bahwa apa yang bisa kulakukan dan yang dapat aku lakukan, semuanya tidak terlepas dari kehendak yang kuasa.
Pada tahun 1995, aku menulis cerita pendek ke media masa untuk terakhir kalinya. Ada suatu hal yang membuatku memutuskan untuk berhenti menulis di media massa. Aku kemudian disibukkan dengan kegiatan mengajar di sebuah lembaga kursus Bahasa, bahkan aku kadang harus pulang sampai malam. Semenjak itu pula aku berhenti dari kegiatan tulis menulis. Aku sama sekali tak lagi menuangkan apa yang ada dalam pikiran dalam bentuk tulisan. Kecuali menulis di buku harian.
Karena kurun waktu yang cukup lama tidak menulis, aku tidak menyadari kalau aku telah kehilangan kemampuan tersebut pada saat aku ingin menulis kembali, ketika aku merasakan ketidak adilan semakin merajalela di sekitarku. Pada tahun 2009, karena sudah tidak mampu lagi membendung keresahan hatiku, aku mencoba menuangkannya dalam tulisan. Aneh… aku yang selama ini begitu mudahnya mengeluarkan ide yang ada di kepala untuk kukeluarkan dalam bentuk tulisan, tiba-tiba saja macet. Baru dapat satu kalimat dua kalimat… sudah macet lagi… sulit sekali. Aku cukup tersiksa… seperti orang yang sedang ‘kebelet’ tapi tidak bisa mengeluarkannya. Nah… coba bayangkan, betapa tersiksanya. Akhirnya aku mohon kepada Allah SWT…
“Ya Allah… hamba melihat banyak ketidakadilan yang sangat menyakiti banyak orang. Hamba bahkan sangat takut dengan kondisi generasi mendatang. Hamba ingin generasi bangsa yang terlahir kelak mendapat kehidupan yang lebih baik dan lebih baik. Hamba tidak tahan melihat segala kemunafikan yang berkembang di negeri hamba… hamba melihat banyak orang telah berusaha untuk memperjuangkan keadilan di negeri ini. Akan tetapi belum juga ada yang meresponnya. Mereka bahkan akhirnya tenggelam, karena terlalu derasnya arus kezaliman. Hamba ingin ikut menyumbangkan tenaga dan pikiran hamba untuk kemajuan dan keadilan bangsa dan Negara lewat tulisan, dengan menunjukan fakta yang berkembang pada masyarakat tingkat bawah, agar semua pihak yang membaca tulisan hamba, segera sadar dan memiliki kepedulian melakukan perubahan bagi keadilan bagsa dan Negara hamba. Apabila Engkau mengijinkan hamba untuk ikut menyumbangkan pemikiran dalam bentuk tulisan, maka mohon berilah hamba ilmu untuk menulis, serta tujukilah hamba ide yang terbaik untuk bahan tulisan hamba.”
Ajaib! apakah memang karena Allah mengijinkanku menuliskan kisah ketidakadilan yang berkembang di sekitarku ataupun kisah-kisah lain yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negaraku, sehingga setelah aku mencoba menulis, ide yang ada dalam kepala meluncur begitu saja dalam bentuk tulisan, hingga sampai aku berhasil menghasilkan tulisan yang kurangkai dalam buku. Legaaa…. Rasanya… plong… ketika rasa sedih dan prihatin yang mendesak-desak dalam dada, bisa kutuangkan dalam bentuk tulisan. Itulah sebabnya… aku menyadari bahwa… segala sesuatu… manusia hanya sebagai perantara…. Semuanya ilmu Allah, kita hanya dapat menjalankan dan memperjuangkannya. Sungguh, kita tidak pantas terlalu menbanggakan diri terhadap segala kelebihan yang kita miliki, karena semua tidak akan terjadi tanpa ijin dariNya…
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar