Sabtu, 27 November 2010

MAKHBULNYA DO'A ORANG YANG BANYAK MENAHAN DIRI


       Aku adalah salah seorang yang telah banyak membuktikan betapa janji Allah adalah benar. Allah telah menyediakan waktu pada dua pertiga malam untuk pertemuan Dia dengan hamba-hambanya. Pada waktu tersebut, do’a-do’a kita amat makhbul, dan ketika kita memiliki masalah, bangun malam, dan menyampaikan keluhan kita semua padaNya… insyaAllah pagi harinya kita akan bangun kembali dalam keadaan segar kembali, dan menganggap enteng masalah –masalah yang kita hadapi. Aku sendiri juga heran, kadang tiba-tiba merasa suntuk, dan tanpa sebab rasanya maunya sediiih saja. Aku mewaspadai hal tersebut sebagai ulah setan yang ingin membuat manusia putus asa, kehilangan akal sehat dan akhirnya lari pada hal-hal yang dilarang agama. Akan tetapi dengan berkomuniasi padaNya di malam hari antara tengah malam hingga menjelang subuh, Tuhan benar-benar memenuhi janjinya untuk mengabulkan do’a kita dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita. Kalau kita memeluk Islam dan merasa memiliki Tuhan yang Maha segalanya, tidak ada alasan rasanya, ketika memiliki masalah, harus lari kepada hal-hal yang merugikan diri kita maupun sesama, karena Allah amatlah dekat, Allah pasti akan menjawab semua pertanyaan hambanya yang mau bertanya padaNya dan mengabulkan do’a hambanya yang berdo’a hanya padaNya,  tentunya dengan syarat kita mau memenuhi segala perintahNya…
       Konon ceritanya, aku memiliki nenek buyut dan kakek pak dhe buyut dari pihak bapak yang mendapat karomah dari Allah SWT. Aku percaya yang terjadi pada beliau-beliau adalah karomah dan bukan karena pertolongan jin, karena mbahku (kakekku) adalah seorang ‘modin’, guru ngaji di surau, dan mbahku tidak mewariskan ilmu apa-apa pada istri, bapak dan seluruh keturunannya selain wejangan-wejangan, seperti, ‘nek mangan kroso enak, mendego’ (kalau makan terasa enak, berhentilah). Kemudian bapak juga memiliki sebuah cerita yang diwariskan dari leluhur kami, untuk mambangkitkan minat kami melatih diri menahan diri. Seperti ini ceritanya…
       Pada suatu hari, ada dua orang sedang melakukan tirakat (Menahan diri dari nafsu tertentu untuk mendapat karomah dari Allah SWT). Dua orang tersebut melakukan tirakat dengan cara berbeda. Yang pertama tidak makan tapi tidur terus, yang kedua selalu makan, tapi terus terjaga, tidak tidur. Pada suatu hari, setelah mereka melampaui masa tirakat yang lumayan panjang, si orang pertama bangun dan melihat temannya sedang makan. Dia kesal melihat temannya selalu dalam keadaan makan, ketika ia bangun. Ia menjadi jengkel, menurutnya, temannya tersebut, tidak melakukan tirakat apa-apa, karena dia tidur terus, jadi dia tidak tahu kalau temannya selalu terjaga, walau dia juga selalu makan. Dengan marah kemudian dia berdiri dan menendang periuk yang terbuat dari tanah liat yang digunakan oleh temannya untuk memasak sambil berseru…
       "Rasakan.. biar hancur periukmu, wong katanya tirakat kok makaaan saja… tidak tahu bagaimana susahnya aku menahan lapar…”
       Karena tendangan yang keras dari si orang pertama, maka hancur berkeping-kepinglah periuk tersebut. Temannya begitu melihat periuk nya hancur berkeping-keping, dengan sabar diambilnya kepingan-kepingan tersebut, dan kemudian dengan ludahnya, dia menempelkan kembali pecahan-pecahan periuk tersebut, hingga kembali menjadi utuh. Temannya kaget setengah mati melihat hal yang telah dapat dilakukan oleh temannya yang suka makan tapi selalu terjaga dari tidurnya, sedangkan dia sendiri sampai saat itu belum juga melakukan hal seperti itu. Akhirnya si orang yang tirakat tidak makan tapi tidur terus, menyadari bahkan tirakat dengan mengurangi tidur, lebih cepat mendatangkan karomah dari Allah swt..
       Yah… memang benar. Kalau puasa sih mungkin banyak orang mudah melaksanakannya. Akan tetapi sedikit tidur, adalah hal yang cukup sulit. Wejangan leluhurku tentang ‘ nek mangan kroso enak, mendego’, itu amat sangat sulit kulakukan. Kalau pas lagi enak-enaknya makan dan terasa nikmat, rasanya sayang sekali kalau harus dihentikan. Akan tetapi jika kita mau melakukannya, maka selain kita akan terhindar dari sakit perut karena kekenyangan, hal tersebut juga menyeimbangkan makanan yang ada dalam tubuh kita. Mungkin ini cara diet yang sangat bagus. Selain itu hal tersebut juga bisa menjadi kebiasaan kita untuk melatih diri menahan diri dari kesenangan-kesenangan duniawi. Oleh karena itu, dalam Islam telah ada aturan menahan nafsu makan, yaitu berpuasa. Puasa adalah menahan lapar dari pagi hingga petang.  Akan tetapi orang yang berpuasapun secara otomatis masih tetap harus menahan nafsu makan ketika berbuka, karena seseorang yang sedang berbuka seakan masih diharuskan untuk menahan nafsu makan, karena jika seseorang serakah dalam berbuka, maka perut akan terasa sakit dan malas melaksanakan ibadah. Oleh sebab itu, ‘nek mangan krasa enak, mandego’. Maka untuk melaksanakan, wejangan tersebut, aku berpuasa sesuai ajaran agamaku. Dan aku juga yakin, dasar wejangan itu juga diambil dari Islam.
       Tentang mengurangi tidur, aku telah mencobanya dan memang benar… ada keajaiban luar biasa pada sedikit tidur di waktu malam. Mulanya aku mengira tirakat mengurangi tidur adalah tradisi orang Jawa,. Namun ketika pada suatu hari aku dan keluargaku mengalami gangguan ilmu gaib, dan aku mempraktekannya, ternyata benar-benar makhbul. Saat itu pula Allah menuntunku untuk membuka tafsir Al Qur’an dan menunjukkan ayat yang menyatakan, bahwa ahli-ahli surga adalah mereka-mereka yang sedikit tidur di waktu malam, untuk beribadah kepada Allah. Aku kaget juga. Eh… ternyata cara tirakat ini juga diambil dari Islam to… aku kira hanya kebiasaan nenek moyangku, atau dari dasar agama atau kepercayaan lain sebelum Islam.
       Kisah keajaiban mengurangi tidur diwaktu malam aku alami ketika keluargaku mengalami gangguan gaib. Ketika gangguan itu terjadi, tanpa sengaja pula aku menemukan bungkusan plastik yang di bungkus sangat rapi. Aku mengira bungkusan yang kutemukan dihalamanku adalah bibit bayam. Namun ketika ku buka dengan suamiku, ternyata isinya pasir bersih. Pasir itu seperti pasir pilihan. Kalau perbuatan anak kecil rasanya tidak mungkin, karena menutupnya dibuat rapi, ulah orang dewasa. Kata orang-orang tua, kalau ada gangguan makhluk halus, atau sihir, maka jangan tidur di waktu malam. Karena aku pernah membaca sebuah hadist yang menyatakan sabda Nabi, ‘aku berpuasa, tapi aku juga makan dan aku bangun di waktu malam, tapi aku juga tidur’, maka aku melaksanakan ‘melekan’ atau selalu terjaga pada waktu malam, dengan cara sesuai tuntunan Nabi, yaitu tidak boleh terus terjaga, tapi juga ada tidurnya. Karena gangguan tersebut sangat merugikan keluargaku, maka aku bertekad bulat untuk ‘melekan’ selama 7 malam.
Pada malam pertama, aku pergi tidur agak malam, sekitar jam 12 kalau aku tidak salah ingat, kemudian aku berusaha dapat bangun hanya sekitar satu sampai dua jam setelah tidur. Kemudian aku melakukan ibadah malam. Pada hari kedua ketika aku tidur, aku diganggu makhluk halus dengan membuatku kesulitan bangun. Setelah meminta tolong pada Allah dan terlepas dari gangguannya, aku bangkit dengan semangat lebih tinggi, karena aku merasa ada perlawanan dari makhluk halus yang menggangu keluargaku. Akhirnya aku segera mandi dan beribadah malam. 
       Pada hari ketiga, aku kembali bangun. Kemudian melanjutkannya dengan shalat malam. Ketika akan memulai shalat tahajud, secara sekilas ketika aku menoleh, aku melihat sosok hitam yang tidak kelihatan rupanya ada di belakangku. Dan dengan cepat menghilang. Kemudian aku lanjutkan shalat. Aku sebenarnya mulanya adalah seorang yang amat penakut. Aku ngeri dengan cerita-cerita soal hantu. Hal tersebut terjadi karena aku pernah menyukai cerita-cerita misteri. Akan tetapi setelah aku mengalami langsung hal-hal gaib, aku menjadi tidak takut lagi, karena ternyata yang terjadi padaku, makhluk halus hanya bisa nampak secara sekilas, antara ia dan tidak, tidak bisa menampakkan diri berlama-lama seperti makhluk dialam nyata. Mereka bisa melalui alam antara sadar dan tidak, jadi… tidak menakutkan sama sekali… seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita misteri.…
       Aku sukses melampaui 7 hari bangun di waktu malam. Dan alhamdulilah, gangguan yang terjadi dalam keluargaku benar-benar hilang. Pada hari keempat sampai ketujuh, aku sudah tidak lagi mengalami hal-hal gaib. Mungkin saat dia menampakkan diri secara sekilas di hari ketiga, dia sudah akan menyingkir dari rumahku. Wallahualam.
       Nah… ternyata semua masalah di dunia ada penyelesaiannya dalam Islam. Baik itu masalah dengan makhluk dialam nyata, maupun makhluk halus sekalipun. Kita tidak perlu meminta pertolongan kemana-mana, langsung padaNya. Kalau meminta pertolongan pada yang lain, kita akan enggan beribadah padaNya, kita akan malas dan tidur saja, karena sudah menyerahkan penyelesaian masalah kita pada orang lain. Sesuai pengalamanku, ketika kita mendapat masalah, itulah ternyata jalan kita menuju lebih dekat padaNya… syaratnya… langsung pada Allah, sang Pencipta…
        Wah… coba bayangkan. Kalau orang-orang jaman sekarang mau melaksanakan tirakat, seperti nenek moyang kita dulu sering lakukkan, yang diambil dari dasar Islam. Aku yakin akan mengurangi keserakahan,  dan ketidak adilan, karena rakus keindahan duniawi.  Tidaklah mungkin orang-orang yang biasa menahan diri dari nafsu duniawi akan keranjingan makan harta haram, lha wong yang halal saja harus dibatasi…
Seharusnya bagi orang modern jaman sekarang, yang mana sudah banyak fasilitas kita miliki, tirakat bangun malam itu lebih mudah daripada nenek moyang kita jaman dahulu. Kita waktu bangun malam, sudah ada listrik sebagai penerangan. Kalau dulu, pakai lampu minyak, atau bahkan mungkin dengan hanya cara-cara tradisional lain… wah… bisa-bisa ngantuk lagi. Sekarang, sudah banyak obat nyamuk berbagai merek. Kalau dulu, masih menggunakan cara-cara alami, misalnya dengan membakar jerami, atau pakai serai, yang kadang kurang optimal hasilnya. Nah.. ternyata dengan kemajuan jaman yang lebih canggih, banyak orang malah pada manja, karena makanan sekarang makin enak dan bervariasi, eman kalau harus puasa sunah. Karena kasur-kasur pada empuk mentul-mentul, ah… yang ini paling sulit…sayang dong… kalau harus dilewatkan nikmatnya…
       Padahal itulah orang Islam. Orang Islam yang sebenarnya, adalah orang-orang yang menahan diri dari segala nafsu, walau harta yang kita gunakan adalah halal, bukan berarti kita boleh membelajakannya melampaui batas untuk hal-hal yang sekedar mengumbar kesenangan semata. Nah… yang halal saja harus dibatasi…jadi kalau ada orang Islam yang masih mau makan harta haram yang bukan haknya… tolong introspeksi diri, tindakan anda-anda semata-mata hanya membuat citra Islam buruk dimata umat agama lain…..
                                                             ***

9 komentar: